Saya adalah anak dari dua bersaudara, nama saya luna dan kaka saya bernama arif yang biasa di panggil long. Saya kuliah di untad tepatnya di palu jurusan sosiologi, dan kaka saya, kuliah di untad jurusan hukum. Kisah saya ini berawal dari pengalaman saya dalam menjalani hidup yang kebanyakan orang mungkin mengalami hal paling buruk dalam lingkungan keluarganya. hal yang menyakitkan hati saya dan terutama ibu. Sangat miris sekali penderitaan seorang ibu menjalani hari-harinya dengan luka yang sangat pedih. Mengharap anak-anaknya sukses, mengejar cita-citanya.. yaaa.... kegiatan seorang ibu hanya menghabiskan waktunya di rumah saja. Inilah kisah saya yang sebenarnya.
Kebahagian yang dulu saya rasakan hanya sebentar saja,mengharapkan kebahagian yang yang dulu bisa kembali lagi, di kala malam bercanda riang, memeriahkan suasana rumah dengan berkumpul bersama keluarga,canda tawa ibu dan ayah beserta kaka saya sangat saya harapkan lagi, terutama (senyuman ibu.. )
‘Hidup berkecukupan tapi hanya sementara saja hidup dalam kebahagian,. “terkadang saya berfikir orang hidup sederhana tapi selalu hadir kebahagian dalam lingkungan keluarganya, yaaa walupun hanya sedikit timbul pertengkaran tapi itu tidak membuat mereka menyerah dalam menjalani hidup. Hatiku bertanya, mungkinkah saya dapatkan kebahagiaan lagi? Hanya Allah yang mengetahui jawaban dari pertanyaanku, dan hanya Allah yang tahu segala isi kesusahanku. Dan dalam tulisan ini saya akan menceritakan semua kejenuhan saya dalam suasana keluarga yang begitu pudar.
Pada waktu kelas 3 SMP, tepat pukul jam 12 siang saya pulang sekolah, seperti biasanya mengharapkan senyuman dari ayah dan ibu, makanan yang biasa di siapkan ibu, tapi apa? Semua yang saya fikirkan tidak sesuai dengan kenyataan yang saya lihat. Dari teras rumah terdengar suara yang begitu keras dan suara barang-barang yang terlempar. Saya terdiam sejenak berfikir apa yang terjadi? Pertannyaan itu yang terbenak dalam fikiranku. Kaki melangkah keruang tamu terdengar suara tangisan seorang perempuan yang begitu tidak berdaya, penasaran ingin mengetahui siapa sosok perempuan yang menangis itu, ternyata tangisan itu berasal dari ibu saya. Sontak saya kaget hanya mengeluarkan air mata dan ibu langsung memeluk saya. Pertanyaan yang terlontar dari mulutku kenapa ibu menangis? Dengan terseduh-seduh bergelinang air mata ibu menjawab pertanyaanku, bapakmu nikah lagi!. Saya hanya bisa terdiam mendengar semua yang di ceritakan ibu. Sungguh miris penderitaan seorang ibu mendengar berita yang begitu mengiris hatinya. Hanya dengan bersabar dan ihklas dalam menjalani hidup yang begitu berat.
Tiga tahun lebih sudah berlalu tapi ibu masih saja hidup dalam kesedihan, tidak begitu mudah melupakan kejadian yang waktu dulu. terkadang saya melihat ibu menangis sendiri di kamar. Hatiku berkata yaa Allah berilah kesabaran untuk ibu, berilah senyuman kepadannya.
Pertengkaran yang terjadi antara ibu dan ayah terus berlangsung, saya melihat sendiri ibu selalu menangis, mendengar kata-kata ayah yang begitu mengiris hati.betapa tidak berdayanya seorang ibu yang menjalani hidupnya dengan kesedihan, penderitaan yang dia alami. Saya sebagai seorang anak berusaha ingin membahagian ibu.
Waktunya saya masuk kuliah, kejadian itu masih terbayang di kepalaku. Tapi sudahlah saya tidak begitu larut dalam kesedihan. Hari demi hari saya menjalani kuliah di pertengahan semester dua, . Pada waktu itu tepat pukul jam 12 malam pertengkaran ayah dan ibu terjadi lagi, hanya karna istri kedua ayahku. Hampir saja ayah memukul ibu sontak saya langsung membela ibu, malah saya yang kena tamparan. Saya hanya bilang....!
‘pa, saya sudah dewasa saya tidak sanggup lihat ibu selalu di pukul cuman karna istri kedua papa.’
‘kamu anak kecil tidak usah ikut campur, kamu tidak tau apa-apa.
Dengan rasa kesalku dan kecewa atas sikap ayah, Saya langsung mengambil motor dan keluar dari rumah itu dan membawa ibu menjauh dari kekejaman ayah. Sangat sakit perasaan seorang anak hanya karna membelah ibunya dia malah kena tamparan ayahnya.
Saya mengantar ibu ke rumah kakaknya dan tanpa pamitan dan rasa sakit saya karna perbuatan ayah, saya langsung pergi ke rumah sahabatku yang mungkin bisa menenangkan pikiranku. Malam itu kaka saya menelfon terus menerus,. dengan sangat sedihnya saya mengangkat telfonnya..
‘luna kamu di mana,?
‘jangan khawatir kak!!! Bilang ibu, saya baik-baik saja’. Dengan air mata yang terus mengalir saya berfikir kenapa ayah jadi jahat seperti ini, kebahagian yang dulu memeng betul-betul telah hilang.
Tapi saya yakin dari kejadian in pasti ada hikmanya.
Keesokan harinya ayah nelfon, meminta saya dan ibu segera pulang kerumah. Dengan perasaan yang begitu sakit, saya belum bisa melupakan perbuatan ayah kepada saya. Hanya saja ibu bilang....
‘angkatlah telfon ayahmu, biarpun begitu dia tetap ayahmu nak.
‘ rasa sakit saya bu masih terasa sampai sekarang.
‘ sudahlah nak... janganlah kita ingat sikap buruk ayahmu, tapi sebaliknya ingatlah perjuangan ayahmu membesarkan anak-anak’nya. sebaiknya kita pulang kerumah.
Sesampainya di rumah ayah hanya terdiam melihat saya dan ibu, beberapa menit kemudian ayah langsung minta ma’af atas perbuatannya selama ini.
Begitu muliah hati seorang ibu walaupun sudah tersakiti tapi dia tetap saja mema’afkan semua perbuatan ayah. Hari-hari saya dan keluarga menjalani hidup seperti ini tidak tau kapan akan berakhir. Ada saja masalah kecil yang menimbulkan pertengkaran di antara mereka.
Ayah hanya melontarkan kata ma’af yang sebentar saja, berselang satu minggu terjadi lagi pertengkaran mereka berdua dan di sini yang membela ibu adalah kakaku, lagi-lagi karena hanya ingin membela ibu, arif di usir dari rumah. Saya bingung dengan sikap ayah yang seperti itu. Sudah begitu banyak kata-kata yang terlontar dari mulutku tetapi ayah sama sekali tidak mau memperdulikannya.
Semua kejadian yang terjadi... semuanya hanya sebentar saja. Selalu kata ma’af yang di ucapkannya, ujung-ujung pasti terjadi lagi.
Tanggal 20 maret 2012, tepat pada hari rabu.. kegiatanku seperti biasa berangkat ke kampus. begitu berat dalam menjalani hidup ini, hanya hati yang selalu luka dalam kekecewaan yang selalu timbul dari pertengkaran antara saya, kakaku, dan ayah. Kepala ini terasa mau pecah memikirkan masalah yang tidak ada henti-hentinya.
Sempat saya kehilangan putus asa tidak ingin memperdulikan masalah keluargaku, tapi saya bersyukur mempunyai sahabat yang memberiku semangat hidup untuk memperbaiki semua masalah yang muncul. Memberikan saya motivasi agar selalu bersabar dalam menjalani hidup ini.
Ketahuilah dalam menjalani hidup ini tidak gampang, terkadang beberapa orang menyerah dalam menjalani hidupnya yang begitu berat, tapi saya yakin semua masalah pasti ada solusinya.
Keterkaitan hati yang begitu berat,bagaimana menjalani semua ini. Tak sanggup untuk melihat semua kenyataan yang ada, kesedihan yang selalu melekat dalam benak jiwa. Kapan akan terobati?, senyuman yang dulu,tawamu yang ceria, dan kasih sayangmu yang dulu terasa sangat saya rindukan. Ayah kapan kw memberikan kebahagian lagi dalam suasana keluarga ini, tiap malam kesunyian itu selalu hadir dalam diri ibu. Kesunyian dalam suasana rumah. Saya sebagai anak berusaha menghidupkan kembali kebahagian yang dulu sempat hilang.
Dan dari tulisan ini saya berharap dengan keluarga yang lain bisa lebih menghargai lagi kehidupan ini, biarlah keluargaku yang mengalami ini semua, jangan sampai terulang dengan keluarga lain.
Mungkin dengan kesabaran yang selama ini ibu ajarkan mudah-mudahan membuahkan hasil yang begitu indah. Dan mudah-mudahan juga kebahagian akan selalu hadir dalam keharmonisan keluarga.
Dan akhirilah tangisan seorang ibu dengan menghibur dia,bercanda dengan dia, menglingkan kesedihan di dirinya. Dan tulisan ini mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kita semua. Dan jangan pernah menyerah dalam menjalani hidup yang penuh dengan cobaan., hadirkanlah senyuman,kebahagian dalam menjalani hidupmu.
(ibu ma’afkanlah anakmu ini, kami tidak bisa membelah ibu, penderitaan ibu sungguh sangat lama, dari saya kecil sampai sekarang ibu selalu menahan rasa sakit hati yang begitu dalam. Ibu... dengan kesabaranmu saya bisa mempelajarinya,, ku rindu akan senyummu, kurindu akan tawamu, kurindu akan cerita-cerita unikmu.) silvana FISIP UNTAD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA