Kesan yang sering kita dengar tentang masa-masa remaja, hampir setiap orang
mengatakan masa itu merupakan masa yang paling
indah. Terlepas benar atau tidak kesan tersebut, setidaknya kisah cinta yang tertuang dalam nurani remaja hampir pernah dirasakan sebagian besar orang yang pernah menginjak fase ini.
Walau tidak bisa dipungkiri ada juga sebagian orang
yang pernah melewati saat-saat indah itu sejak usia dini. Hal ini tergantung
dari perkembangan psikhologi remaja tersebut. Salah satu dorongan jiwa yang memberi kesan indah adalah perasaan tertarik
kepada lawan jenis. Dengan bahasa yang to the point perasaan itu disebut cinta.
Salahkah jika seorang anak remaja jatuh cinta kepada teman lawan jenisnya? Jawabannya jelas tidak salah.
Mengapa tidak salah? Karena perasaan cinta itu bersifat manusiawi. Cinta adalah
sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam
konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan,
perasaan belas kasih dan kasih sayang antar sesama makhluk. Wahhh keren toh…???
Ketika seorang anak remaja tertarik kepada salah satu temannya,
hal ini menunjukkan bahwa perasaan kasih sayang yang ada dalam dirinya sedang
tereksplorasi. Bentuk ketertarikan tersebut merupakan respon terhadap sisi
positif yang dimiliki oleh seorang teman. Sisi positif itu bisa berupa character (sifat) maupun physic (fisik). Efek dari Respon yang
dia berikan biasanya akan berpengaruh pada tingkah laku, diantaranya : melamun,
sensitif, caper (cari perhatian),
atau malah semangat.
Namun bagi sebagian anak remaja, perasaan cinta lebih mereka kendalikan
berkaitan dengan kepentingan atau keadaan dirinya. Perasaan tertarik kepada
seorang teman dibiarkannya berkeliaran. Mereka lebih fokus pada hal-hal yang
lebih penting. Sebagai seorang pelajar mereka memang sebaiknya bisa
memilah-milah mana yang bermanfaat bagi dirinya, mana yang dinilai mubadzir
atau bahkan merugikan diri sendiri.
Percintaan dua sejoli antar remaja biasanya hanya
bersifat cinta monyet; maksudnya, cinta yang tidak didasari pada komitmen yang
jelas. Masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Masa mengumpulkam energi positif berupa
bekal untuk kehidupan jangka panjang. Dengan demikian untuk menggapai cinta
yang hakiki hampir tidak mungkin terjadi karena bekal untuk memupuknya belum
cukup. Cita-cita mereka masih panjang, jika tidak hati-hati dalam meladeni
emosi jiwanya, maka bisa berakibat merugi di kemudian hari. Lebih-lebih jika
hubungan mereka sampai melewati koridor agama, melangkah jauh menuruti bisikan
negatif.
Sebuah pemandangan yang sangat miris ketika kita
jumpai dua sejoli remaja yang menunjukkan kengawurannya berbuat sebagaimana layaknya sepasang suami
istri. Remaja yang cerdas harus mampu menghindari tindakan ngawur itu.
Untuk mendapatkan sesuatu yang berharga biasanya akan
lebih berhasil jika kita mengajukan proposal. Demikian pula jika anda ingin
mendapatkan cinta sejati, maka akan lebih baik jika anda mengajukan proposal.
Kalau proposal pada umumnya tertulis tapi untuk proposal cinta bentuknya tidak tertulis. Namun demikian sistematikanya harus jelas, dan diajukan ke alamat
yang tepat, yaitu kepada Sang Penghembus Ruh Cinta, Tuhan Yang Maha pengasih dan Maha penyayang. Sistematika proposal cinta dikemas dalam amplop akhlakul karimah (akhlak
yang baik), diajukan dalam bentuk tingkah laku yang baik disertai doa kepada
Tuhan. Peran doa dalam hal ini berfungsi sebagai penguat atas terkabulnya
proposal.
Secara garis besar, proposal yang anda ajukan bisa
berupa : Ilmu yang banyak, baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu agama. Character building (membangun
karakter). Ahlak yang terpuji. visi hidup yang mulia, Tabungan epos (energi positif)
yang banyak.
Cinta pertama akan melahirkan kekuatan dan cinta
pertama juga yang bisa menciptakan penderitaan yang tiada tara. Yang terbaik
adalah cinta pertama dan terakhir. Dengan mengacu pada proposal yang anda
kemas, insya Allah cinta yang membahagiakan akan bisa terwujud. Hehehe dewasa
leh…boleh begitu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA