ILUSTRASI FOTO:nvygandhiztt.wordpress.com |
Sekali lagi, kemerdekaan abadi
itu dalam konsep negara bangsa tidak ada, kecuali hanya sebuah cita-cita sekali
pun negara itu penganut konsep demokrasi yang paling demokratis dan pengibar
bendera putih tentang pentingnya Hak Asasi Manusia (HAM). Fakta empirik banyak
memberi bukti dan ini terjadi karena di antara bangsa-bangsa di dunia selalu
berada dalam kutub-kutub yang berbeda satu sama lain tentang berbagai
kepentingan.
Eksploitasi, eksplorasi,
penindasan dan penekanan, tetap saja terjadi di mana-mana. Menjadi lebih
bersifat paradoks manakala semua itu dilakukan demi dan atas nama perdamaian
abadi. Amerika Serikat terus memusuhi Iran dengan alasan negara tersebut terus
mengembangkan senjata nuklir meskipun tudingan itu tidak pernah terbukti dan
bisa dibuktikan.
Sementara itu Iran adalah sebuah
negara yang berdaulat penuh yang berhak atas kemerdekaannya sebagai sebuah
negara/bangsa. Dalam bidang ekonomi, proses eksploitasi dan eksplorasi sumber
daya alam adalah bentuk lain dari sebuah realita bahwa kemerdekaan itu memang
sejatinya tidak pernah ada.
Konsep kapitalis nyalinya
“menjajah”. Selalu berupaya menekan pihak yang lemah agar “menyerahkan”
kedaulatan ekonominya untuk kepentingan investor atas nama globalisasi dan
perdagangan bebas. Ini kan bisa disebut sebagai bentuk pelanggaran atas azas
kemerdekaan abadi yang seharusnya bisa dinikmati secara penuh oleh negara yang
memiliki sumber daya alam melimpah.
Konflik terkait soal perbatasan,
soal sengketa pulau di wilayah strategis seperti yang terjadi antara China dan
Jepang adalah contoh lain bahwa kemerdekaan abadi itu di dunia tidak pernah
ada. Yang abadi itu hanyalah kepentingan.
Begitu perbedaan kepentingan itu
dengan sangat arogannya muncul ke permukaan, maka konfliklah yang muncul ke
permukaan yang sangat mengusik kemerdekaan masing-masing negara. Di PBB,
dimanapun negara-negara di dunia bernaung dalam satu paguyuban internasional
yang sudah banyak mengeluarkan konvensi tentang konsep membangun kemerdekaan
dan perdamaian abadi, adalah hanya sebuah ilusi dan buying time agar peperangan
pisik dapat dihindari oleh semua pihak, meskipun peperangan sekarang bukan lagi
dengan perang militer, tapi perang melalui jalur ekonomi dan budaya.
Negeri kita juga mengalami hal
yang sama bahwa secara ekonomi kita tidak bisa menikmati kemerdekaan penuh
sebagai negara yang semestinya berdaulat penuh atas pemilikan, penguasaan
dan pengolahan sumber daya alam nasional. Contoh, lahirnya undang-undang
tentang penaman modal dan undang-undang tentang migas adalah bukti kemerdekaan
ekonomi bangsa ini “tergadaikan” untuk dan atas nama liberalisasi dan
perdagangan bebas.
Nah,
kembali lagi bahwa setiap orang adalah pemimpin. Setiap pemimpin dimintai
pertanggunggungjawabannya terhadap kepemimpinannya. Bagaimana kepemimpinan
dijalankan, untuk apa kepemimpinan tersebut dijalankan, dan apa kontribusinya
untuk kemajuan masyarakat? Kepemimpinan merupakan unsur yang penting dalam
sistem kemasyarakatan dan kehidupan manusia. Suatu pameo mengatakan bahwa
kebaikan tanpa diorganisir dengan baik akan dikalahkan dengan kebatilan yang
dikelola dengan organisasi dan managemen yang rapi dan disiplin.
Menurut
Ibnu Khaldun bahwa manusia itu mempunyai kecenderungan alami untuk memimpin,
karena mereka diciptakan sebagai khalifah Allah di bumi. Khilafah adalah
kepemimpinan. Khilafah berubah menjadi pemerintahan berdasarkan kedaulatan,
khilafah masih bersifat peribadi. Sedangkan pemerintahan adalah kepemimpinan
yang telah melembaga ke dalam suatu sistem kedaulatan. Menurut Imam Baydlawi al
Mawardi dan Ibnu Khaldun khilafah adalah lembaga yang mengganti fungsi pembuat
hukum, melaksanakan undang-undang berdasarkan hukum Islam, dan mengurus masalah-masalah
agama dan dunia.
Dalam
Islam hakikat kepemimpinan adalah amanah, yang merupakan kelanjutan misi
ketuhanan dan kenabian dari risalah Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad Saw.
Misi kenabian adalah menciptakan kesejahteraan untuk semesta alam. Dimana tugas
hidup manusia adalah menciptakan kemakmuran untuk mengabdikan segala potensi
dan kreativitasnya sebagai ibadah kepada sang Khaliq Allah Swt. hubungan ini
harus disadari sebagai konsekuensi keberadaannya di muka bumi. Maka dalam Islam
fungsi kepemimpinan atau kekhalifahan adalah dalam rangka memakmurkan, menjaga
kelestarian, memanfaatkan sumber daya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
akherat, berbakti kepada Tuhan sebagai wujud syukur atas karunia-Nya.
Selain amanah hakikat kepemimpinan juga mengemban misi amar ma’ruf dan nahyi
mungkar. Menggalakkan bersaing dalam mencapai prestasi kebaikan dan mencegah
serta menghindari dari segala perbuatan destruktif yang merugikan diri sendiri
maupun orang lain. Dalam konteks kepemimpinan derevasi ini merupakan tugas dan
tanggungjawab pemimpin untuk menciptakan tata kehidupan yang lebih baik dan
terjaminnya hak dan kewajiban secara merata, seimbang di tengah kehidupan
masyarakat.
Untuk
menjalankan fungsi dan hakikat kepemimpinannya seorang pemimpin haruslah orang
yang moralis, memiliki integritas, dimana acuan dan paradigma yang dikembangkan
adalah moralitas dalam menjalankan amanah kepemimpinan, mampu beradaptasi dan
berinteraksi dengan segala lingkungan, situasi dan kondisi normal maupun krisis
sekalipun, bersifat seperti air, yang selalu mencari solusi di tengah persoalan
yang dihadapi oleh organisasinya. Dimana air selalu mengalir mencari tempat
yang lebih rendah. Bersifat seperti karang dalam menghadapi segala kritik,
tantangan, hambatan dalam menjalankan amanah kepemimpinannya selama misi kebaikan
dan kesejahteraan yang menjadi agenda kepemimpinannya belum tercapai. Seorang
pemimpin harus mempunyai jiwa kewirausahaan (interprenuership). Dimana dia
harus mengembangkan kreativitas dan terobosan-terobosan jitu untuk menciptakan
kemandirian dalam strategi pengembangan organisasi.
Kompletnya
kita mendambakan pemimpin yang mempunyai segala aspek bisa menjadi rujukan
moral, rujukan intelektual, menawarkan solusi untuk kemakmuran bangsanya, tutur
katanya bijak, baik kepada rakyatnya maupun kepada lawan politiknya, selalu
menyejukkan, tetapi juga cepat dalam mengambil keputusan, mengangkat harkat dan
martabat bangsanya sejajar dengan semua bangsa di dunia. R.R
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA